oleh

Refleksi 100 Hari Kerja, Yang Terhormat Bupati dan Wakil Bupati Pemalang

OPINI : Budhi Rahardjo (Founder BR Centre)

Pemalang, – Hari ini, Minggu (6/6/2021) tepat 100 hari Mukti Agung Wibowo dan Mansur Hidayat menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bupati Pemalang.

Janji perubahan kala kampanye masih terngiang jelas dikuping dan rasa masyarakat Pemalang. Melalui janji perubahan lebih baik dibanding pemerintahan yang lama menjadikan pilihan sebagian besar masyarakat Pemalang (yang punya hak memilih) menjatuhkan pilihan ke pasangan Agung-Mansur. Mengungguli dua pasangan lain Agus-Eko dan Iskandar-Awe.

Apa yang dibutuhkan oleh rakyat adalah realisasi janji perubahan ke arah yang lebih baik, bukan sekedar hura hura pencitraan ganti warna mulai cat gedung, warna baleho, kaos dan pernik-pernik yang lain. Yang
semula warnanya tertentu ganti jadi warna tertentu.

Rakyat janganlah diperdaya dengan lomba gambar dan mancing. Walaupun acara itu se Indonesia merupakan satu-satunya acara 100 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati yang hanya ada di Pemalang.

Ingat, mandat dan kedaulatan itu ditangan Rakyat bukan ditangan Partai atau Tim apapun namanya.

Mari kita runut dan lihat pula bagaimana penggunaan aset daerah dan keuangan daerah. Bagaimana pun hak keuangan dan hak mengunakan fasilitas barang milik Negara itu hanya diperuntukan bagi pihak-pihak yang telah diatur dengan peraturan perUndang-undangan Negara. Bukan seperti milik pribadi yang bisa diberikan kepada siapapun.

Kami dengar dari Ka OPD yang tidak akan saya sebut namanya disinyalir ada pihak-pihak yang tidak berhak, diperintahkan untuk diberi fasilitas mobil dinas untuk operasional pribadi.

Juga ada orang-orang Non ASN yang tidak ada urgensinya diajak perjalanan dinas dgn gunakan biaya uang Negara.

Aji mumpung, Aja dupeh, Rakyat mengingatkan !

Satu lagi.

Perlu direflesikan dalam seratus hari kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Pemalang, kalau kita lewat Jalan Gatot Subroto, dari Kelurahan Bojongbata ke Paduraksa ada gedung kantor organisasi Profesi yang sudah ganti warna dari semula warna gedung dan balehonya selalu dengan warna menyolok tertentu, sekarang telah ganti jadi warna suaikan warna politik yang lagi berkuasa. Hal ini menunjukan elite pengurusnya sempurna jadi bunglon.

Tapi lihatlah jalan didepan gedung yang rusak parah dan tidak ada usaha perbaikan darurat seperti yang lalu. Padahal jalan tersebut kuga dipakai oleh masyarakat dari Banyumas Raya yang akan masuk atau keluar jalan tol, sungguh memalukan.

Lantas bagaimana program 100 harinya?
Apakah ini perubahan seperti yang digembar-gemborkan waktu kampanye. (Dentang)

Komentar